Jumat, 04 Februari 2011

Cerpen>> SenyuM TerakhiR

Siang itu suasana dihalaman sekolah sangat ramai dengan aktivitas siswa/siswi SMU Harapan Bangsa yang macam-macam. Clingak-clinguk Dinda yang duduk didepan kelas 3 Ipa 1 memperhatikan kelakuan murid-murid itu, kadang-kadang dia tersenyum melihat kejadian-kejadian yang sepele namun cukup menghibur hatinya yang sedang di rundung gelisah.“Huuuufft, kenapa semua ini terjadi padaku..” lirihnya, kemudian dia berusaha untuk menghibur dirinya dengan kembali melihat keadaan disekitarnya dan kembali dia tersenyum ketika seorang anak laki-laki bergegas merapikan bajunya ketika guru yang terkenal disiplin itu lewat..
“Kenapa senyum-senyum sendiri gitu Din?” sapa Ika sambil duduk disamping Dinda.
“Itu, coba kamu perhatian kelakuan-kelakuan mereka itu!” sambil menunjuk kearah objek yang dituju. “Lucu ternyata, ada-ada aja yang mereka lakukan.”
“hahaha, wah kamu ini sempat saja memperhatikan hal-hal kecil seperti ini.”
“Ya, lagi iseng aja nih.”
“masuk yuuU, bentar lagi Bell nih..” kata Ika sambil melihat jam tangannya.
Teeeeeetttt… teeeeettttt… tak begitu lama bel masuk berbunyi. Semua aktivitas diluar pun terhenti. Karena semua murid bergegas masuk kedalam ruang kelasnya masing-masing. Namun Dinda masih duduk diluar. Matanya jauh menerawang. Dan tiba-tiba Dinda memegangi perutnya, rasa sakit itu datang, sakit yang luar biasa dia rasakan namun ditahannya. Dengan mata sedikit berair Dinda masuk ke kelas dan duduk sambil merebahkan kepalanya dimeja. 

 **** 
Siang itu kelas 3 Ipa 1 sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing dan sangat ribut karena memang setelah Ujian berlangsung tidak ada lagi aktivitas blajar mengajar di kelas 3. 
“Kenapa Din, ko dari tadi pagi aku lihat kamu cuma diam, kamu sakit ya?” sapa Viola yang dari tadi memperhatikan Dinda sambil menyentuh tangan Dinda.
“nggak ada apa-apa ko’, Cuma mau belajar jadi dewasa aja, dengan ngga marah-marah. Habis aku lagi bete banget nih.” kata Dinda dengan ekspresi wajah muram.
“Wahh, tumben.. Udah belajar Dewasa. Udah betenya dihilangin aja.” Jawab Viola, Viola adalah sahabat Dinda mulai dari TK sampe sekarang SMA. Makanya Dinda dan Viola sudah seperti kakak dan adik.
“Iyaa deh, my Sist ”
“Oya, pulangan ntar aku kerumah kamu ya, aku mau minta ajarin Corel draw. Siapa tahu berguna waktu kuliah ntar.”
“iyaaapppz, oke deh..”
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 13.00, waktunya untuk kembali kerumah. Kecuali mereka yang ada kegiatan ekstrakurikuler atau les tambahan. Suasana sekolah sudah cukup lengang, saat Dinda dan Viola keluar ruangan kelas menuju parkiran.
“Dinda, kamu pulang dengan Viola kan?” Kanda menghampiri mereka berdua yang sudah mau masuk kedalam Honda Jazz Metalic milik Viola
“Ho’oh, memangnya kenapa?” jawab Viola
“Bagus deh, soalnya aku ngga bisa ngantar Dinda, aku ada janji dengan Bianka.” Kata Kanda Sambil tersenyum senang.
Hmm, Diandra Kanda Putrawan atau biasa dipanggil Kanda adalah orang yg cukup dekat dengan Dinda, apa lagi nama panggilan mereka sepasang Kanda dan Dinda. Dari awal mereka satu kelas banyak teman-teman yg suka menggoda mereka berdua. Dari situlah mereka dekat dan bersahabat.
“Ho’oh deh, lagian Viola mau main ke rumah. Ya sudah, ati-ati ya.. salam buat Bianka.” Kata Dinda
“thanks yah Sohib ku sayang..” Kanda dengan Gemas mencubit pipi Dinda
“Uuuch, sakit tau!!” kata Dinda sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat kelakuan Sohibnya yg satu itu.
“ayo cepet kita pulang Din..” kata Viola
“yuuuu.. Mariii” kata Dinda sambil masuk kedalam mobil

“Sumpah La, aku ngga nyangka bisa ngeliat Bianka di antar cowo dengan mesra banget buat ketemu Kanda! Kasian Kanda, udah di bo’ongin Bianka, Jahat Banget sih tu cewe! Tega banget ngedua’in Sahabat ku!” ujar Dinda sambil menghempaskan tubuhnya dikasur.
“iya, memang tu cewe keterlaluan banget. Kasian Kanda coba aja ya Kanda….!!” Viola terdiam sejenak sambil menghidupkan Laptop Dinda di meja belajar.
“iyaaa seandainya Kanda tahu bahwa ada yang setia menunggunya!” Dinda bangun dan tertegun sambil tersenyum menggoda.
“aaahh.. Ntar aja deh ngebahas yang itu, Sekarang cepet ajarin aku, Diiinndaaa.”
“Oke-oke.. Hmm, pokoknya aku harus kasih tau ama Kanda!” kata Dinda bersemangat ’45.
“ya terserah kamu deh Din. Ayooo dong ajarin Diinn” sambil melempar gulungan kertas yg ada diatas meja.
“adooh, mau di ajarin ngga nih..” kata Dinda pura-pura kesakitan
“aHh kamuuu, masa gitu ajja sakit..” Viola pun tertawa
“enakk ajja,” kata Dinda sambil menggelitik pinggang Viola, “mau diajarin yang mana nih?”
“semua..” Viola kembali tertawa
“ya ampyuuund, ckckckckkkk” ujar Dinda sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. Tiba-tiba “aduuh.. maag ku kambuh nih” kata Viola sambil memegangi perutnya
“wah, kita makan dulu deh baru kamu ajarin aku. Ntar yang ada kamu ngga konsen lagi. Kan sia-sia belajarnya” kata Viola sambil tetap bercanda.
“Nggak apa-apa ko La, ntar yang ada aku muntah lagi. Aku minum obat maag aja untuk meredamnya. Ntar kalo udah ga sakit lagi, baru aku makan.”
“ya udah minum obatnya dulu gih”
****
“Kanda, apa kamu kemarin jadi jalan dengan Bianka?”
“iya, memangnya kenapa Din?”
“Nggak kok, apa kemaren kamu jemput Bianka sepulang sekolah sebelum kalian jalan?”
“Nggak Din, kami ketemuan di Resto Pelangi, katanya dia diantar temennya.”
“Hmm, begitu ya.. tapi di antar temennya kok mesra banget yah kaya orang pacaran gitu?”
“ahH, jangan ngaco kamu Din, dia diantar temennya cewe kok.”
“apa kamu yakin? kemarin aku benar-benar melihat dengan mataku, kalo Bianka di antar cowo naik CBR hitam mesra banget! Aku aja Shock meliatnya, kok bisa mau ketemu kamu malah mesra-mesraan dengan cowo lain dulu!”
“Kamu ini kenapa sih Din? Kamu ngga suka ya aku pacaran dengan Bianka? CEMBURU? Jangan bikin cerita yang mengada-ada gitu! Aku nggak nyangka, bisa punya sahabat kaya kamu!” kata Kanda dengan nada keras dan kasar..
Deeegggg.. Ada hati yang hancur, ada hati yang tersayat-sayat sembilu. Sakit.. Lambungnya pun terasa nyeri, lebih nyeri dari biasanya.
“Tapii aku benar-benar…..”
“Sudah, aku malas mendengar ocehanmu itu! Mulai sekarang jangan pernah ikut campur urusan ku lagi!”
“Tapii…” kata Dinda dengan mata berair
“ahH, aku muak! Pergi sana jangan ganggu aku! Aku tak menyangka punya sahabat seperti kamu!”
“ya sudah…..” kata Dinda sambil pergi dengan menangis. Dinda sangat sedih karma Kanda tak mendengarkan kata-katanya. Nyeri dilambungnya pun bertambah seiring derai air matanya yang terus mengalir.
Melihat Dinda berlari menjauhi Kanda, Viola pun Lantas mengejar Dinda. Viola menanyakan apa yang terjadi. Dengan terisak Dinda menceritakannya.
“aku sedih La, Kanda tak mendengarkan kata-kataku..” ujar Dinda sambil terisak dan terus memegangi perutnya.
“Sabar Din, jangan sedih ya, semangat! Senyum dong. Aku tak ingin melihatmu sedih begini terus.”
“iya aku tak apa ko, sebentar lagi aku juga pergi..”
“Ahh, jangan berkata seperti itu Din.” Kata Viola sambil memeluk Dinda.
Sejak saat itu Dinda tak pernah tersenyum lagi.


****
Hari minggu itu, tiba-tiba Kanda ingin pergi ke Taman kota. Dia ingin menghilangkan kejenuhannya dengan semua masalahnya dengan Dinda. Karna bagaimanapun, Dinda tetap sahabatnya. Kanda juga sedih tak bertegur sapa dengan Dinda selama beberapa hari ini.
Saat Kanda termenung memikirkan hal itu, tak sengaja Kanda melihat Bianka sedang bermesraan ditaman kota dengan seorang cowo. Kontan Kanda mendekati Bianka.
“Kanda….” Bianka terkejut langsung berdiri
“oh, katanya tadi kerja kelompok, ternyata bermesraan disini!” kata Kanda dengan memendam amarah.
“tii...tidak, bu..bukan begitu. Aku bisa menjelaskan ini semua!” kata Bianka sambil mengeluarkan air matanya
“ahH, jangan kau keluarkan air mata buaya mu itu!! Mulai saat ini kita putus!! Jangan pernah hubungi aku lagi! Gara-gara membela kamu persahabatan ku dengan Dinda terputus! Aku menyesal tidak mempercayai kata-kata Dinda!”
“Kanda, pliiiisss aku bisa menjelaskan ini semua! Jangan putuskan aku!” ucap Bianka sambil bersujud dikaki Kanda .
“aAhh, aku tak ingin lagi kenal dengan mu! Terimakasih untuk semuanya! Silahkan kamu lanjutkan bersamanya!” kata Kanda lantas menjauh dan berlari menuju motornya.
“Kannnndaaaa” isak Bianka namun tak dihiraukan oleh Kanda.
****
“maafkan aku Dinda, aku tidak mempercayaimu” ucap Kanda didalam hati. Dengan tergesa-gesa Kanda pergi kerumah Dinda.
Namun, rumah itu terlihat kosong. Kanda pun bingung lantas mencoba untuk menelpon Dinda namun mailbox. Kanda pun pergi kerumah Viola untuk menanyakan hal itu. Namun Viola tadak ada dirumah, pembantunya juga tidak tahu Kemana Viola pergi. Kanda jadi bingung dengan semua ini.
Senin ini adalah hari yang membuat semua murid kelas 3 SMU Harapan Bangsa harap-harap cemas, karena hari ini adalah hari pengumuman kelulusan. Dengan langkah gontai Kanda masuk ke aula untuk mendengarkan pengumuman. Dia hanya berharap bisa bertemu dan minta maaf dengan Dinda.
“Lulusan terbaik SMU Harapan Bangsa tahun ini adalah Adinda Meylinda dengan total nilai 58,00. Kami ucapkan selamat kepada Dinda.” Kata kepala sekolah disambut tepuk tangan para murid yang hadir di aula.
“Dinda, ah benar Dinda menjadi lulusan terbaik tahun ini. Selamat Dinda, kamu memang hebat. Tapi dimana kamu? Aku tidak ada melihatnya dari tadi.” Kata Kanda dalam hati dengan wajah yang sedih..
Matanya pun mencari-cari sesuatu, aha itu dia. Kanda lalu menghampiri Viola untuk menanyakan Dinda.
“Viola, apa kamu tahu Dinda ada dimana? Aku menghubunginya namun tak pernah bisa. Rumahnya juga kosong”
“Hmm, Dind…Dinda..” kata Viola lalu menangis
“ada apa La? Dinda kenapa?”
“Maaf aku tak pernah mengabarkan ini kepadamu karna Dinda tak ingin kamu tahu... Sudah seminggu ini dia dirawat diruang ICCU dirumah sakit.” Kata Viola sambil menangis
“Apa……… tidak….. ada apa dengannya??” kata Kanda sambil terduduk lemas.
“Dinda…. Dinda.. menderita maag Kronis.” Viola terus terisak.
****
“Din.. ada yang mau ketemu sama kamu nih..” kata Viola menhampiri Dinda yang tergolek lemah dikasur Ruang ICCU itu.
“Dindaaaaa… Maafkan aku.. aku telah jahat kepadamu.. Tidak seharusnya sahabat berlaku seperti ini. Seharusnya aku mempercayaimu Dind, Bianka memang berhati busuk.” Kata Kanda sambil terisak memegang tangan Dinda yang sangat dingin.
“iya nggak apa-apa kok, aku mengerti keadaanmu. jawab Dinda lirih.
“Terimakasih Dinda. Hmm, Mengapa kamu tidak bilang jika kamu sakit parah?” Kata Kanda menitikan air mata
“aku tidak ingin menambah masalahmu. Apalagi kamu tidak ingin aku ganggu.”
“maafkan aku, tapi seharusnya kamu tidak berlaku seperti itu. Kamu inget kan, persahabatan itu seperti anggota tubuh. Ketika tangan teriris, maka mulut yang mengaduh, mata yang menangis dan tangan yang satunya yang membantu mengobati. Begitu juga sebaliknya.”
“Hmm, yang terpenting sekarang, kita tetap bersahabat. Ingat pada saat kamu marah pada ku dan kamu berkata apa aku Cemburu?”
“Ingat, maafkan aku Dind telah berkata seperti itu. Apa jangan-jangan?”
“benar Kanda, sebenarnya hal itu memang membuat cemburu. Tapi sebenarnya bukan aku yang cemburu..”
“Dindaaa, ssssTtt diam..” kata Viola setengah berbisik
“Sebenarnya sudah lama Viola suka denganmu. Dia sering curhat denganku. Tapi dia tidak ingin aku menyampaikannya.” Kata Dinda lantas tersenyum
“Duuuh, malu nih Din..” Viola tersipu malu dan pipinya merona
“Setelah ku pergi, aku ingin kalian tetap bisa menjadi sahabatku. Aku selalu menyayangi kalian.” Dinda tersenyum dengan cantiknya, senyumnya yang telah lama hilang kini kembali lagi. Tiba-tiba Huuuuueeekkk.. Darah segar bercambur asam lambung keluar dari mulut Dinda. Tubuhnya lunglai. Dinda tak sadarkan diri. Semua yang berada di tempat itu panik.
“Dokter!”
“Suster. Cepat ke sini!” kata Viola cemas sambil memegangi tangan Dinda. “Diiinnd, kamu kenapa Dinn.. Dindaaa” kata Viola lantas menangis
Tenaga medis yang mendengar teriakan itu langsung menghampiri. Meminta orang-orang yang mengerubungi Dinda keluar sebentar. Kemudian memeriksa keadaannya. Kedua Orang tua Dinda, Kanda dan Viola pun duduk didepan ruang ICCU dengan cemas. Lima menit kemudian dokter yang menangani Dinda keluar.
“Dokter, Bagaimana keadaan Dinda?” kata Mama Dinda yang sangat cemas.
“Maaf, Kami sudah berusaha semampu kami. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Kami turut berduka cita.”
Deeeeegggg.. semua terdiam. Mama Dinda lemas dan pingsan. Viola dan Kanda pun menangis. Dinda pergi disaat masa depannya yang cerah sebentar lagi tergapai. Dinda pergi dengan senyum manis yang selalu terpancar diwajahnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar