Sabtu, 31 Juli 2010

Ambun n Rimbun 2

Saat hari menjelang siang, perutnya terasa lapar. Ia pun membuka bungkusan makanannya di bawah sebuah pohon besar dan tinggi. Setelah bungkusan itu terbuka, barulah ia menyadari ternyata bekalnya sudah habis. Hatinya pun mulai cemas. Ia lalu memanjat pohon besar dan tinggi tempatnya berteduh itu. Sesampainya di atas, ia melihat kepulan asap tidak jauh dari tempatnya berada.
Tanpa berpikir panjang, ia segera turun dari atas pohon lalu berjalan menuju ke arah kepulan asap. Setelah beberapa lama berjalan, terlihatlah sebuah rumah di tengah hutan. Saat menghampiri rumah itu, ia melihat seorang nenek sedang mengumpulkan kayu bakar di samping rumahnya. Agar nenek itu tidak terkejut, ia pun mendehem
A : “Hemm, sedang apa, Nek?” tanya Ambun.
N : “Mengumpulkan kayu bakar, Siapa engkau ini anak muda? Kenapa bisa sampai ke tempat ini?” nenek itu balik bertanya.
A : “Saya Ambun, Nek,”
(lalu ia menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga sampai di tempat itu.)
Oleh karena merasa kasihan, perempuan tua itu mengizinkan Ambun untuk tinggal bersamanya. Setiap hari Ambun membantunya untuk mencari kayu bakar. Si Nenek pun sangat menyayangi Ambun seperti cucunya sendiri.
Pada suatu hari, sambil mengumpulkan kayu bakar, nenek itu bercerita kepada Ambun bahwa sebenarnya ia adalah bagian dari keluarga Kerajaan Sang Sambaratih. Ia diusir karena pernikahannya dengan almarhum suaminya yang berasal dari rakyat biasa. Meskipun dikucilkan dari istana, nenek malang itu masih mendapat perhatian dari sebagian keluarga istana. Hampir setiap minggu ada pengawal istana yang mengantarkan makanan untuknya.
Suatu hari, datanglah utusan dari istana Sang Sambaratih membawa makanan untuk si Nenek. Sebelum kembali ke istana, memberikan kabar padanya
P : “Raja akan mengadakan sayembara memetik bunga melati. Barangsiapa yang dapat melompat dari halaman rumah istana sampai ke atap istana untuk mengambil bunga melati, dan menyerahkannya kepada putri raja, maka dia akan dijadikan menantu raja. Akan tetapi jika gagal, maka dia akan mendapat hukuman gantung”.
Si Ambun yang mendengar kabar itu, hampir semalaman tidak dapat memejamkam matanya. Ia ingin sekali mengikuti sayembara itu. Keesokan harinya, Ambun menemui si Nenek.
A : “Nek, bolehkah Ambun mengikuti sayembara itu?” tanya Ambun.
N : “Oh jangan, Cucuku! Kamu akan dihukum gantung jika gagal memetik bunga melati itu,”
A : “Nenek tidak usah khawatir. Ambun pasti dapat mengatasinya,” kata si Ambun seraya memperlihatkan senjata dohongnya.
N : “Benda apa ini, Cucuku?”
A : “Senjata pusaka peninggalan ayahku, Nek. Senjata ini dapat menolong jika diperlukan,”.
Si Nenek pun yakin dan percaya dengan kata-kata Ambun, dan mengizinkannya untuk mengikuti sayembara tersebut. Keesokan harinya, Ambun sudah bersiap-siap berangkat menuju istana untuk mengikuti sayembara tersebut.


A : “Maaf, Nek! Ambun ada satu permintaan,”.
N : “Apakah itu, Cucuku?”.
A : “Bersediakah Nenek menyaksikan sayembara itu. Jika seandainya Ambun gagal, Nenek dapat menyaksikan Ambun menjalani hukuman gantung, dan saat itu adalah pertemuan terkahir kita,”.
Oleh karena sayang kepada Ambun, nenek itu pun memenuhi keinginan Ambun. Maka berangkatlah mereka berdua menuju istana. Selama dalam perjalanan, si Nenek senantiasa diselimuti perasaan cemas. Sementara si Ambun meminta kepada si Nenek untuk mendoakannya agar dapat meraih kemenangan.
Setibanya di halaman istana, penonton sudah penuh sesak dan para peserta sudah bersiap-siap mengikuti sayembara. Peserta sayembara tersebut terdiri dari delapan orang, yaitu tujuh pangeran dari kerajaan bawahan Kerajaan Sang Sambaratih, dan si Ambun sendiri. Satu per satu pangeran tersebut mengeluarkan kesaktiannya, namun tak seorang pun yang berhasil melompat ke atap istana dan memetik bunga melati. Kini giliran Ambun yang akan memperlihatkan kesaktiannya. Ketika Ambun memasuki arena, para penonton bertepuk tangan disertai dengan suara ejekan. Mereka meragukan kemampuan Ambun. Jangankan Ambun yang hanya orang kampung, para pangeran saja tidak satu pun yang berhasil melalui ujian itu. Namun dengan penuh percaya diri, Ambun tetap tenang dan berkonsentrasi penuh. Saat mengambil ancang-ancang, dengan suara nyaring Ambun berteriak memanggil ayahnya sambil mencabut dohong pusaka yang terselip dipinggangnya.

Dengan secepat kilat, Ambun melejit ke atas atap memetik bunga melati itu dan menyerahkannya kepada tuan putri yang duduk di samping raja. Seketika itu pula suara tepuk tangan dan teriakan penonton bergemuruh bagaikan membelah bumi. Suara teriakan penonton bukan lagi suara ejekan, melainkan suara kekaguman melihat kesaktian Ambun. Raja yang menyaksikan peristiwa itu langsung berdiri sambil bertepuk tangan dengan penuh kekaguman.

Sementara ketujuh pangeran tersebut merasa tidak puas. Mereka pun menyatakan perang kepada raja Sang Sambaratih. Namun atas bantuan Ambun dengan senjata dohongnya, ketujuh pangeran tersebut dapat dikalahkan. Akhirnya, Ambun dinikahkan dengan putri raja. Pesta pernikahannya dilangsungkan dengan meriah selama tujuh hari tujuh malam.

Seminggu setelah pernikahan mereka, raja Sang Sambaratih menyerahkan kekuasaannya kepada Ambun, karena sudah tua. Sejak dinobatkan menjadi raja, Ambun berusaha mencari ibunya. Pada suatu hari, Ambun bersama beberapa orang pengawalnya menyusuri jalan yang pernah dilaluinya ketika ia berangkat merantau. Setelah tujuh hari tujuh malam berjalan, ia pun menemukan ibunya. Alangkah bahagianya sang Ibu saat melihat anaknya kembali dan berhasil menjadi raja. Namun, di satu sisi, sang Ibu tetap bersedih karena kehilangan Rimbun anak bungsunya.

Oleh karena tidak ingin melihat ibunya bersedih, Ambun bersama ibu dan para pengawalnya pergi mencari kuburan Rimbun. Setelah menemukan kuburan Rimbun, Ambun segera memerintahkan sebagian pengawalnya untuk menggali kuburan itu, dan memerintahkan sebagian yang lain untuk mencari Danum Kaharingan Belom (air kehidupan) di Bukit Kamiting.

Menjelang sore, pengawal yang diutus ke Bukit Kamiting telah kembali dengan membawa Danun Kaharingan Belom. Ambun segera meneteskan air kehidupan itu ke tulang-tulang adiknya yang sudah terpisah-pisah. Tidak lama kemudian, tulang-tulang itu menyusun diri. Daging dan kulitnya pun kembali seperti semula. Akhirnya Rimbun hidup lagi. Keluarga Ambun kini telah berkumpul kembali.

Setelah itu, Ambun mengajak keluarganya hidup bersama di istana Kerajaan Sang Sambaratih dengan penuh kebahagiaan.

Minggu, 25 Juli 2010

Minyak Bumi


Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa. Penyusun utamaminyak bumi berupa hidrokarbon, terutama alkana, sikloalkana, dan senyawa aromatis.

1. Proses Pembentukan Minyak Bumi

Salah satu teori terjadinya minyak bumi adalah teori “dupleks”. Menurut teori ini, minyak bumi terbentuk dari jasad renik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang telah mati. Jasad renik tersebut terbawa air sungai bersama Lumpur dan mengendap di dasar laut. Akibat pengaruh waktu yang mencapai ribuan bahkan jutaan tahun, suhu tinggi, dan tekanan oleh lapisan di atasnya, jasad renik berunah menjadi bntik-bintik dan gelembung minyak atau gas.

Pada daerah perangkap tersebut gas alam, minyak, dan air terakumulai sebagai deposit minyak bumi. Rongga bagian atas merupakan gas alam kemudian cairan minyak mengambang di atas deposit air.

Minyak bumi terbentuk melalui proses yang sangat lama, sehingga minyak bumi dikelompokkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itu, penggunaan minyak bumi harus tepat guna dan hemat.

2. Pengolahan Minyak Bumi

Minyak mentah (Crude Oil) berupa cairan hitam kental, dan belum dapat dimanfaatkan. Agar minyak bumi dapat dimanfaatkan harus dilakukan proses pengolahan lebih dahulu.

a. Pengolahan Tahap Pertama

Pada proses tahap pertama dilakukan dengan proses “distilasi bertingkat”, yaitu proses distalasi berulang-ulang, sehingga didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan perbedaan titik didihnya.

Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi :

a. Fraksi Pertama: merupakan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan dikenal dangan nama “elpiji” atau LPG (Liquified Petroleum Gas)

b. Fraksi kedua disebut Nafta (Gas bumi): nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah pada tahap kedua untuk dijadikan bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain.

c. Fraksi ketiga atau fraksi tengah: selanjutnya dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur (bahan baker pesawat jet).

d. Fraksi keempat: sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan baker mesin diesel.

e. Fraksi kelima: disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai karbon lainnya dan sisanya sebagai aspal lilin.

b. Pengolahan Tahap Kedua

Merupakan proses lanjutan dari hasil penyulingan pada tahap pertama, yaitu meliputi:

1) Perengkahan (Cracking)

2) Proses ekstraksi

3) Proses kristalisasi

4) Pembersih dari kontaminasi (treating)

3. Mutu Bensin

Mutu bahan baker bensin ditentukan oleh efektifita pembakarannya di dalam mesin.Bahan baker yang baik bila di dalam bensin tidak menimbulkan ketukan (knocking). Bensin merupakan campuran dari berbagai macam senyawa hidrokarbon.

Penelitian umunya dilakukan dengan membuat suatu “bensin standar, yaitu bensin yang dibuat dari senyawa “n-heptana” dan “isooktana” atau 2,2,4-trimetil pentane”. Angka efisien itu disebut dengan “angka oktan atau bilangan oktana”. Semakin tinggi angka oktan, semakin baik mutu bensin.

Hidrokarbon

A. Hidrokarbon

Hidrokarbon adalah kelompok senyawa karbon yang paling sederhana, yaitu senyawa karbon yang tersusun dari atom karbon dan hidrogen.

Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, Hidrokarbon dibedakan menjadi :
1. Hidrokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang antar karbon pada rantai karbonnya semua berikatan tunggal. Hidrokarbon ini disebut juga sebagai alkana.
2. Hidrokarbon tak jenuh, yaitu Hidrokarbon yang antaratom karbon pada rantai atom karbonnya terdapat ikatan rangkap dua atau tiga. Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua disebut alkena. Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga disebut alkuna.


1. Alkana

Setiap karbon menpunyai empat electron valensi yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom lainnya yang digambarkan sebagai tangan ikatan. Jadi, atom karbon pada senyawa karbon selalu mempunyai empat tangan ikatan. Keempat tnagn ikatan tersebut dapat menbentuk rantai atom karbon dengan berbagai bentuk dan kemungkinan.

Rumus umum molekul alkana adalah CnH2n+2.
a. Deret Homolog

Deretan rumus alkana menunjukan bahwa dari setiap anggota yang satu ke anggota berikutnya bertambah sebanyak CH2. Deret senyawa karbon yang demikian disebut Deret Homolog.
Sifat-sifatnya :
1. Mempunyai rumus umum.
2. Antara satu anggota ke anggota berikutnya memiliki pembeda CH2.
3. Selisih massa rumus antara satu anggota ke anggota berikutnya sebesar 14.
4. Semakin panjang rantai atomnya semakin tinggi titik didihnya.

b. Tata nama Alkana

Tata nama alkana berdasrkan aturan IUPAC, sebagai berikut :
1. Nama alkana diambil berdasarkan jumlah atom yang menyusunnya dan diakhiri dengan akhiran “ana”.
2. Bila strukturnay sudah diketahui danmerupakan rantai karbon yang tidak bercabang, maka didepan nama tersebut diberi huruf n (dari kata normal). Misalnya: CH3 - CH2 - CH2 - CH3 => n—butana
3. Bila rantai karbon bercabang, maka tentukan dulu rantai utamaanya, yaitu rantai atom karbon terpanjang dan diberi nomor urut dari ujung yang paling dekat dengan letak cabang.
4. Menetapkan gugus cabang yang terikat pada rantai utama. Gugus cabang pada alkana umumnya merupakan alkil, yaitu gugus hidrokarbon yang kehilangan sebuah atom karbon. Rumus umum akil adalah CnH2n+1. Nama gugus alkil disesuaikan dengan nama alkananya dengan mengganti akhiran ana dengan akhiran il.
5. Gugus alkil yang mempunyai rantai bercabang atau tidak terikat pada atom karbon primer diberi nama tertentu.
6. Urutan penyebutnya :
Nomor letak cabang - nama cabang - nama rantai utama.
7. Bila terdapat lebih dari satu cabang yang sama, maka disebut sekali, tetapi diawali dengan jumlahnya dangan angka latin.


c. Isomeri Alkana
Isomeri adalah peristiwa dimana senyawa-senyawa karbon mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda dalam strukturnya. Senyawa-senyawa yang berisomeri disebut isomer.

d. Sifat dan kegunaan alkana

Alkana merupakan hidrokarbon jenuh dan semua ikatannya merupakan ikatan kovalen yang sempurna. Akibatnya, hidrokarbon merupakan senyawa yang kurang reaktif, disebut ‘parafin’ yang artinya gaya gabungnya rendah. Semakin panjang rantai atom yang terbentuk, semakin berkurang kereaktifannya.
Alkana umumnya digunakan sebagai bahan bakar.

2. Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon tak jenuh, yaitu hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua antaratom karbon.
a. Rumus Umum Alkena
Dengan menggunakan model molekul (molymood), kita bias melihat bahwa paling sedikit dibutuhkan dua buah atom karbon untuk menyusun sebuah molekul alkena.
Rumus umum molekul alkana adalah CnH2n.
b. Tata Nama Alkena
Nama alkena turun dari nama alkana, yaitu sesuai dengan nama alkana dengan akhiran “ana” diganti dengan “ena”.
Hal-hal yang perludi perhatikan dalam penamaan alkena, Antara lain :
1. Rantai utama diambil dari rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap
2. Penomoran atom karbon dimulai dari ujung yang paling dekat dengan ikatan rangkap.
3. Ikatan rangkap diberi nomor untuk menunjukan letak ikatan rangkap.
4. Cara penulisan danpenamaan cabang sama dengan pada ikatan alkana.
5. Urutan penamaan :
Nomor cabang – nama cabang – nomor ikatan rangkap – nama rantai utam
c. Isomeri Alkena
1. Isomeri Rantai
Isomeri rantai atau isomeri kerangka atom karbon adalah isomeri yang disebabkan adanya perbedaan rantai atau kerangka atom karbonnya.
2. Isomeri posisi
Isomeri posisi terjdi karena adanya perbedaan posisi letak cabang atau posisi letak ikatan rangkapnya
3. Isomeri Geometri
Isomeri geometri terjadi karena perbedaan letak suatu gugus dalam ruangan. Isomeri geometri terjadi bila dalam senyawa karbon tersebut terdapat rantai karbon yang membentuk bidang dan terdapat gugus yang sam pada dua atom karbon yang berbeda.
Bila gugus-gugus tersebut berada dalam satu ruangan disebut kedudukan cis dan bila kedua gugus tersebut berbeda ruang disebut kedudukan trans.
3. Alkuna
Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga antaratom karbonnya.
a. Tata Nama Alkuna
Alkuna diberi nama seperti pada alkena, akhiran “ena” diganti dengan “una”. Tata cara pemberian nomor ikatan dan cabang sam dengan alkena.
b. Isomeri Alkuna
Pada alkuna hanya terjadi isomeri rantai dan isomeri posisi, tidak tardapat isomeri geometri seperti alkena. Alkuna derisomeri dengan alkadiena, yaitu senyawa hidrokarbon dengan dua buah ikatan rangkap.
  1. Sifat alkena dan Alkuna
a. Deret homolog dan rumus umum Alkena dan Alkuna
Deret homolog pada alkena dan alkuna mempunyai sifat-sifat :
1. Rumus umumderet homolog alkena adalah CnH2n dan rumus umum deret alkuna adalah CnH2n-2.
2. Antara satu anggota ke anggota berikutnya memiliki pembeda CH2.
3. Selisih massa rumus antara satu anggota ke anggota berikutnya sebesar 14.
4. Semakin panjang rantai atom karbonnya, semakin tinggi titik didih dan titik leburnya.
b. Sifat kimia alkena dan alkuna
Alkena dan alkuna merupakan hidrokarbon yang lebih reaktif daripada alkana. Reaksi penghilang ikatan rangkap pada senyawa karbon disebut reaksi adisi.
1. Adisi hydrogen pada alkena dan alkuna menghasilkan alkana.
2. Adisi gas HX (X = Cl. Br atau I)
Berlaku rumus Markovnikov :
· Bila atom karbon yang berikatan rangkap mengikat jumlah atom hydrogen yang berbeda maka atom X akan terikat pada atom karbon yang lebih sedikit mengikat atom hydrogen.
· Bila atom karbon pada ikatan rangkapnya mengikat jumlah atom hydrogen sama banyak, maka atom X akan terikat pada atom C yang mempunyai rantai karbon paling panjang.
3. Adisi gas X2 (X = Cl, Br. I)
4. Polimerisasi
Alkena dan alkuna dapat melakukan reaksi polimerisasi, yaitu penggabungan beberapa molekul kecil menjadi molekul besar atau makro-molekul.

  1. Kegunaan Alkena dan Alkuna
Alkena banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan sintetis, misalnya plastik. Alkena alami yang banyak di manfaatkan, yaitu getah perca dan karet.
Alkuna juga merupakan bahan bahan baku pembuatan bahan-bahan sintetis, misalnya plastik. Salah satu anggota sdari alkuna adalah etuna tau yang lebih dikenal asetilena merupakan gas yang dihasilkan jika karbid (kalsium karbida) direaksikan dengan air. Gas asetilena sering digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pengelasan.

Selasa, 06 Juli 2010

Ambun n Rimbun 1

naskah drama 1

Ambun dan Rimbun

Konon, pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung di daerah Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda bersama dua orang anak laki-lakinya yang sudah remaja. Anak pertamanya bernama Rimbun, sedangkan anak keduanya bernama Ambun. Rimbun memiliki penyakit dimana badannya sangat tinggi, namun sangat lemah. Sedangkan Ambun, perawakannya kecil namun kuat.

Ambun dan Rimbun adalah anak yang rajin dan hormat kepada orang tua. Setiap hari mereka membantu ibunya mencari kayu bakar ke hutan dan menjualnya ke pasar.

Pada suatu sore, Rimbun melihat adiknya termenung seorang diri di beranda rumah mereka.

R : “Bun! Apa yang sedang kamu pikirkan?”.

A : “Aku sedang memikirkan nasib keluarga kita. Kalau setiap hari hanya mencari kayu bakar, kehidupan kita tidak akan pernah membaik,”.

R : “Lalu, apa rencana dik?”

A : “Aku akan pergi merantau untuk mengubah nasib keluarga kita. Banyak orang di kampung ini kehidupannya menjadi lebih baik sepulangnya dari merantau,”.

R : “Wah, kalau begitu, Abang akan ikut bersamamu,”.

A : “Jangan, Bang! Kamu di sini saja menemani ibu. Kalau Abang ikut, kasihan ibu ditinggal sendiri. Lagi pula aku takut abang tak sanggup berjalan jauh.”.

R : “ Hemm, apakah tidak apa-apa dik? Baiklah, aku akan tinggal menemani ibu.”

Malam harinya, kedua kakak-beradik itu menyampaikan niat mereka kepada sang Ibu. Mendengar hal itu, sang Ibu hanya terdiam. Ia bingung bagaimana menyikapi keinginan Ambun. Menurutnya, apa yang dikatakan kedua putranya itu memang benar, bahwa merantau dapat memperbaiki kehidupan keluarga mereka, tetapi di satu sisi, umur mereka masih sangat muda.

A : “Bagaimana, Bu? Apakah ibu mengizinkan Ambun pergi?”.

I : “Sebenarnya Ibu merasa berat mengizinkan kamu pergi. Ibu khawatir terhadap keselamatan kamu di rantau. Kamu masih terlalu muda untuk merantau,”.

R : “Iya, Bu! Tapi, Ambun pasti bisa menjaga dirinya, karena dia sangat kuat,

I : “Baiklah, kalau memang Ambun bersikukuh akan pergi, Ibu mengizinkan. Tapi Ibu berpesan, Ambun harus menghormati orang lain,”.

A : “Terima kasih, Bu!”.

Ambun segera menyiapkan segala keperluannya, termasuk celana dan bajunya yang terbuat dari kulit kayu di bantu oleh Rimbun. Sementara sang Ibu sibuk menyiapkan makanan untuk bekal Ambun di jalan. Ia memasak tujuh buah ketupat dan tujuh biji telur ayam. Setelah itu, ia mengambil beberapa butir beras dan mencelupkannya ke dalam air, lalu mengoleskannya di ubun-ubun Ambun seraya berdoa:

I : “Semoga Ranying Hatalla Langit (semoga Tuhan melidungimu).”

Saat tengah malam, perempuan paruh baya itu membuka sebuah peti besi kecil berisi sebilah dohong (keris pusaka) yang satu berlilitkan kain merah dan diserahkan kepada Ambun.

I : “Senjata pusaka ini adalah peninggalan almarhum ayahmu. Tapi, ingat! Senjata ini hanya boleh kamu gunakan jika dalam keadaan mendesak,”

A : “Baik, Bu! Ambun akan selalu mengingat pesan Ibu,”.

Keesokan harinya, Ambun dan dibantu oleh Rimbun bersiap-siap untuk berangkat dan berpamitan kepada sang Ibu tercinta. Suasana haru pun menyelimuti hati sang Ibu. Air mata sang Ibu tidak dapat dibendung lagi. Demikian pula kedua orang kakak-beradik itu. Mereka tidak kuat menahan rasa haru.

I : “Berangkatlah, Nak! Nanti kamu kemalaman di jalan. Jika sudah berhasil, cepatlah kembali!”.

A : “Baik, Bu! aku akan segera kembali jika sudah berhasil,”.

R : “Hati-hati dik, semoga kamu sehat selalu”

Usai mencium tangan sang Ibu, Ambun pun pergi meninggalkan kampung halamannya. Sang Ibu dan Rimbun berdiri di depan pintu sambil melambaikan tangan mengiringi kepergian Ambun.

Ambun berjalan mendaki gunung, menuruni lembah, dan menyeberangi sungai. Ambun berjalan mengikuti arah matahari terbenam. Saat malam tiba, dia berhenti untuk beristirahat. Ketupat dan telur pemberian sang Ibu dimakannya sedikit-sedikit. Ketika matahari mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur,dia kembali melanjutkan perjalanan. Tidak terasa, sudah berhari-hari dia berjalan.

...Brsambung,,